Minggu, 06 Februari 2011

ringkasan kebolehan merayakan maulid.

sy akan meringkas penjelasannya secara ‘Aqlan wa syar’an, (logika dan syariah). Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yang membuat mereka gembira, apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat diseluruh dunia? Betul tidak? 

bagaimana seandainya rasulullah SAW merayakan kelahiran beliau?
Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw.
Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : 
“Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162).
tuhhh... saudaraku Rasulullah SAW saja merayakan hari kelahiran beliau, LALU BAGAIMANA dengan KITA UMMAT Rasulullah SAW, apakah diam saja tidak mau merayakan atau malah kita benci atas kelahiran rasulullah SAW? (coba tanya kepada diri kita)

Lalu bagaimana dengan para sahabat?

Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw.
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dengan syair yang panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” 
(Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)

saudaraku, ini adalah bentuk kecintaan seorang sahabat kepada rasulullah SAW, dengan membuat syair pujian langsung di hadapan rasulullah SAW, yg salah satu isi syair pujiannya ialah bersyukur atas kelahiran rasulullah SAW. 
ini adalah bentuk syukur Abbas bin Abdulmuttalib ra,kepada rasulullah SAW.
bagaimana bentuk syukur kita atas kelahiran rasulullah SAW? apa dengan diam, apa benci, apa perbanyak sholawat apa perbanyak memfitnah orang, menghardik orang???
tanyakan pada dirimuuuu......

SAudaraku yang dimuliakan Allah... sy berbicara jujur nih dalam hati'
jujur kita ini orang yg kurang dalam agama, kita ini belum tentu hafal satu hadist dengan sanad dan hukum matannya, betul tidak? hadist ini belum lengkap tanpa sanad dan hukum matannya' (belum sempurna) 
saudaraku tahukan engkau dengan gelar Muhadist,gelar al hafidh, gelar Hujjatul islam, gelar Imam? 
sy jelaskan saudaraku. 
- Muhadist itu gelar bagi seseorang yang hafal lebih dari 10.000 hadist beserta SANAD dan hukum Matan'nya. (sy perjelas, Hadist dengan sanad & hukum matannya itu bisa dua lembar halaman) bagaimana dengan 10.000 hadist!!!
- hafidh yakni gelar bagi seseorang yg hafal lebih dari 100.000 hadist beserta sanad & hukum matan'nya. (sy perjelas, Hadist dengan sanad & hukum matannya itu bisa dua lembar halaman) bagaimana dengan 100.000 hadist!!!
-Hujatul Islam, yakni gelar bagi seseorang yg hafal lebih dari 300.000 hadist beserta sanad & hukum Matan'nya. (sy perjelas, Hadist dengan sanad & hukum matannya itu bisa dua lembar halaman) bagaimana dengan dengan 300.000 hadist!!!
- Imam, yakni gelar bagi seseorang yg hafal lebih dari 1.000.000 Hadist beserta sanad dan Hukum Matan'nya. (sy perjelas, Hadist dengan sanad & hukum matannya itu bisa dua lembar halaman) bagaimana dengan 1.000.000 Hadist!!!!

seperti kita terlihat bodoh, seandainya kita tak punya ilmu sudah berani mengujat, memfitnah, membodoh-bodohkna saudara kita. betul tidak ????.....

ini tanggapan para Muhadist, para hafidh, para hujatul islam, & para Imam. atas peringatan MAULID NABI SAW.
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164).

2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dengan makanan makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.

3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw. 

4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif : Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.

5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy : Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab.

6. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah 
Dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw” 

7. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah 
Dengan karangan maulidnya yang terkenal ”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”. 

8. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
Dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”. 

9. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad 
yang terkenal dengan Ibn Dihyah alkalbi Dengan karangan maulidnya yang bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar